
“Kisah Pilu di Balik Tragedi Pesawat Air India: Trauma yang Menyayat Hati”
Keluarga Korban Air India Hadapi Trauma Ganda Usai Kecelakaan Maut
Duka mendalam masih menyelimuti keluarga penumpang pesawat Air India yang jatuh tak lama setelah lepas landas pada 12 Juni lalu. Proses identifikasi jenazah yang berbelit-belit hingga kesalahan pengiriman jenazah semakin memperburuk penderitaan mereka.
Arwen Greenlaw, salah satu keluarga korban, menyampaikan betapa pentingnya martabat dan kepastian hukum bagi mereka yang kehilangan orang tercinta. Dia juga menuntut pertanggungjawaban atas kesalahan pelabelan jenazah saudaranya, Fiongal Greenlaw-Meek (39), yang tewas bersama pasangannya dalam tragedi tersebut.
*”Ada jenazah yang salah label, dan itu hanya menambah trauma kami,”* ujar Arwen, seperti dilaporkan BBC pada Kamis (7/8/2025).
Pesawat Boeing 787-8 Dreamliner itu mengangkut 230 penumpang dan 12 awak, termasuk 169 warga India, 53 warga Inggris, tujuh warga Portugal, dan satu warga Kanada. Bencana ini juga merenggut nyawa sejumlah warga yang tinggal di sekitar Bandara Internasional Sardar Vallabhbhai Patel, Ahmedabad, tempat pesawat jatuh, sehingga total korban tewas mencapai setidaknya 270 orang.
Investigasi Awal: Gagalnya Pasokan Bahan Bakar
Laporan sementara investigasi kecelakaan setebal 15 halaman yang dirilis bulan lalu mengungkapkan bahwa pasokan bahan bakar ke mesin pesawat terputus beberapa detik setelah lepas landas. Namun, penyebab pasti insiden ini masih belum diketahui.
Beberapa hari pasca-kecelakaan, ibu Greenlaw terbang ke India untuk membantu proses identifikasi. Menurut Arwen, kondisi di lokasi sangat memilukan.
*”Ibu melihat langsung situasinya, mencium baunya, menyaksikan pemandangan mengerikan, termasuk lokasi jatuhnya pesawat. Baginya, semua itu membuat tragedi ini terasa lebih nyata,”* tutur Arwen.
Kesalahan Identifikasi dan Uji DNA
Arwen mengungkapkan bahwa peti jenazah yang dikembalikan kepada keluarganya ternyata berisi sisa jenazah dua orang berbeda. Seorang koroner di London kemudian melakukan tes tambahan, dan keluarga berhasil membuktikan melalui DNA dari headphone Fiongal bahwa jenazah tersebut bukan miliknya.
*”Perasaan kami campur aduk. Kami tidak naif, kami tahu situasinya sangat buruk. Kami berduka untuk semua yang terlibat dalam proses pembersihan. Tapi kami yakin jenazah Finn sudah ditemukan. Saat itu, kami berharap bisa membawanya pulang. Jika ternyata tidak, kami bisa memahaminya,”* kata Arwen.
Dukungan Pemerintah dan Kasus Lain yang Mirip
Kementerian Luar Negeri Inggris menyatakan terus berkoordinasi dengan pemerintah Gujarat dan India untuk mendukung proses koroner.
*”Kami paham betapa beratnya masa ini bagi keluarga. Pikiran kami selalu bersama mereka,”* ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri. *”Staf kami terus memberikan dukungan konsuler, termasuk menugaskan petugas khusus untuk setiap keluarga yang membutuhkan.”*
Keluarga Ashok dan Shobhana Patel, korban lain dalam kecelakaan itu, juga mengalami hal serupa. Mereka menemukan sisa jenazah lain di dalam peti ibunya. Tim medis terpaksa mengidentifikasi ulang jenazah, dan keluarga Patel akhirnya menemukan cincin milik ayahnya yang masih melekat di jarinya saat pesawat jatuh.
Pernyataan Resmi Pemerintah India
Kementerian Luar Negeri India sebelumnya menyatakan bahwa semua jenazah telah ditangani sesuai protokol dan standar teknis.
*”Setelah kecelakaan tragis ini, otoritas berwenang telah melakukan identifikasi dengan profesional dan penuh penghormatan terhadap martabat almarhum,”* bunyi pernyataan resmi mereka. *”Kami terus bekerja sama dengan pihak Inggris untuk menangani setiap kekhawatiran yang muncul.”*