Gen Z dan Seni Mengelola Keuangan di Era Digital

Generasi Z hidup di dunia yang serba terhubung, di mana segala hal—mulai dari informasi, hiburan, hingga transaksi keuangan—dapat diakses dalam hitungan detik. Namun, kemudahan ini bukannya tanpa risiko. Tanpa pengelolaan yang tepat, arus pengeluaran bisa lepas kendali, terutama di tengah gaya hidup konsumtif dan tekanan sosial seperti FOMO (*fear of missing out*).

Kemampuan mengatur keuangan bukan sekadar soal memenuhi kebutuhan sehari-hari, melainkan juga investasi untuk masa depan yang lebih mandiri. Berikut tiga keterampilan dasar yang wajib dikuasai Gen Z, khususnya pelajar dan mahasiswa, menurut akun Instagram @sikapiuangmu:

Memisahkan Kebutuhan dan Keinginan

Pertama dan terpenting, Gen Z perlu paham betul perbedaan antara *butuh* dan *ingin*. Seringkali, pengeluaran membengkak bukan karena kebutuhan mendasar, melainkan dorongan gaya hidup atau ikut-ikutan tren.

Misalnya, biaya kuliah, makan, dan transportasi termasuk kebutuhan wajib. Sementara, membeli kopi kekinian tiap hari, membeli *skin* game, atau berlangganan layanan streaming yang jarang dipakai lebih masuk kategori keinginan.

Bukan berarti hiburan harus dihilangkan sama sekali. Namun, kesadaran akan prioritas pengeluaran sangat penting, terutama bagi yang memiliki anggaran terbatas. Kunci utamanya adalah: pahami apa yang benar-benar dibutuhkan dan apa yang bisa ditunda.

Membuat Anggaran dan Mencatat Pengeluaran

Kedua, Gen Z perlu membiasakan diri membuat *budget* dan mencatat setiap transaksi. Dengan begitu, arus uang masuk dan keluar dapat dikendalikan, menghindari situasi “tenggelam” di pertengahan bulan.

Salah satu metode sederhana yang bisa dicoba adalah aturan 10/20/30/40:
– 10% untuk dana sosial (donasi atau membantu sesama),
– 20% untuk tabungan dan investasi,
– 30% untuk cicilan atau pelunasan utang,
– 40% untuk kebutuhan pokok harian.

Tak perlu aplikasi rumit—cukup gunakan catatan di ponsel atau spreadsheet sederhana. Yang terpenting: konsisten. Dengan pencatatan teratur, Gen Z bisa mengevaluasi kebiasaan belanja dan menyesuaikannya sesuai prioritas.

Menetapkan Tujuan Keuangan Jangka Panjang

Tidak peduli seberapa kecil nominalnya, memiliki *financial goals* sejak dini akan membantu Gen Z tetap termotivasi dalam menabung dan mengendalikan pengeluaran.

Beberapa contoh tujuan finansial yang realistis:
– Membangun dana darurat pribadi,
– Membeli laptop baru untuk mendukung studi,
– Menabung untuk liburan tanpa harus berutang.

Tujuan ini bisa dibagi dalam tiga kategori: jangka pendek (1-2 tahun), menengah (3-5 tahun), dan panjang (5+ tahun). Untuk mempermudah, Gen Z bisa memanfaatkan produk keuangan seperti tabungan pelajar (SimPel/SIMUDA) atau instrumen investasi sederhana.

Mengapa Literasi Keuangan Penting Sejak Dini?

Dengan menguasai tiga keterampilan ini, Gen Z tidak hanya terhindar dari masalah keuangan jangka pendek, tetapi juga membangun pondasi kuat untuk kemandirian finansial di masa depan. Semakin cepat dimulai, semakin siap menghadapi tantangan ekonomi di era digital yang kian kompleks.

Previous post Pengamen Ondel-ondel Masih Marak di Jakarta meski Dilarang
Next post Suzuki Fronx: Gaya Crossover dengan Performa Efisien