
Analisis Penyebab dan Dampaknya
Jakarta –
Francesco Bagnaia tampaknya sudah mencapai batas kesabarannya. Performa motornya, Ducati, terlihat kurang bertenaga, jauh berbeda dengan rekan setimnya, Marc Marquez, yang justru mendominasi.
Di MotoGP Austria 2025, Bagnaia bahkan kesulitan meraih posisi lima besar. Pada balapan utama, ia hanya finis di urutan kedelapan, sementara di sprint race, ia gagal menyelesaikan lomba. Kontras dengan Marquez yang sukses meraih kemenangan ganda.
*”Aku tidak tahu mengapa semuanya tidak berjalan sesuai harapan,”* ujar Bagnaia, seperti dikutip dari *Motorsport*.
*”Marco Bezzecchi dan Marc Marquez tampil jauh lebih baik. Aku tidak mengerti bagaimana bisa tertinggal 12 detik di sirkuit yang biasanya menjadi kekuatanku,”* tambahnya.
Padahal, tahun sebelumnya, Bagnaia berhasil menang di balapan utama dan sprint race di Sirkuit Red Bull Ring, Austria. Kinerja buruk kali ini membuatnya geram, dan ia pun melontarkan kritik terbuka kepada Ducati.
*”Aku selalu fokus, tidak pernah kehilangan kendali. Tapi hari ini, akselerasiku buruk, semua orang bisa menyalipku di tikungan. Ducati harus memberiku penjelasan, karena aku sudah tidak sabar lagi,”* tegasnya.
Gigi Dall’Igna, General Manager Ducati Corse, mengerti frustrasi yang dirasakan Bagnaia.
*”Wajar jika dia kecewa ketika hasil tidak sesuai ekspektasi. Tugas kami adalah membantunya kembali ke jalur kemenangan, dan kami akan berusaha sebaik mungkin. Kami tidak akan menyerah,”* ungkap Gigi kepada *Sky Sports Italia*.
Ia juga menyebut ada faktor psikologis yang memengaruhi performa pembalap juara dunia itu.
*”Ketika berbagai faktor tidak berjalan, kita terjebak dalam siklus negatif. Tapi kami harus saling mendukung dan tetap positif,”* jelasnya.
Sementara itu, Manajer Tim Ducati, Davide Tardozzi, tetap yakin pada kemampuan Bagnaia. Ia menegaskan bahwa tim tidak akan meninggalkan pembalap yang telah menjadi tulang punggung mereka selama beberapa tahun terakhir.
*”Kami tetap percaya padanya. Sejak awal musim, aku selalu bilang bahwa Pecco adalah juara sejati. Kami hanya perlu menemukan formula tepat untuk memberinya motor yang bisa membawanya ke podium. Tidak ada yang meragukan kualitasnya—dia adalah juara dunia dua kali,”* tegas Tardozzi.