
Desa Kincir Angin Belanda Akan Kenakan Biaya Masuk, Timbulkan Pro dan Kontra
Zaanse Schans, destinasi ikonis di Belanda yang terkenal dengan deretan kincir angin megah dan rumah kayu tradisionalnya, akan mulai menerapkan biaya masuk bagi pengunjung mulai tahun depan. Langkah ini diambil sebagai upaya menangani masalah *overtourism* yang semakin mengancam kelestarian kawasan bersejarah tersebut.
Tercatat, sekitar 2,6 juta wisatawan membanjiri Zaanse Schans tahun lalu. Tanpa intervensi, angka itu diperkirakan melonjak hingga 3 juta dalam beberapa tahun mendatang. Pemerintah setempat pun memutuskan untuk mengenakan tarif masuk sebesar $20 (sekitar Rp324 ribu) guna membatasi kunjungan sekaligus mengumpulkan dana perawatan.
Mengapa Biaya Ini Diperlukan?
Menurut Wessel Breunesse, anggota dewan kota Zaanstad, lonjakan wisatawan telah memberi tekanan serius pada bangunan-bangunan bersejarah di Zaanse Schans. “Tanpa pendanaan memadai, warisan budaya ini bisa rusak atau bahkan lenyap dalam 5-7 tahun ke depan,” ujarnya, seperti dikutip *France24*. Dengan kebijakan baru, target pengunjung tahunan diproyeksikan turun menjadi 1,8 juta, sementara hasil dari tiket akan dialokasikan untuk pemeliharaan.
Terletak di Zaandam, 20 km dari Amsterdam, Zaanse Schans menawarkan pengalaman autentik Belanda dengan kincir angin tertua, museum, toko kerajinan, dan pemandangan alam yang memesona. Selama ini, kawasan ini bisa dinikmati secara gratis—sebuah daya tarik yang justru memicu kepadatan.
Kekhawatiran Pelaku Bisnis Lokal
Namun, rencana ini menuai protes dari warga seperti Ingrid Kraakman, pemilik toko keju yang menggantungkan hidup pada pariwisata. “Sebagai penduduk, saya tidak mau tinggal di balik pagar berbayar. Ini berisiko merugikan ekonomi kami,” katanya. Kraakman dan suaminya, yang telah 33 tahun menetap di sana, mengkhawatirkan dampak biaya masuk terhadap bisnis lokal—80% di antaranya bergantung pada turis.
Mereka bahkan menggalang petisi dengan 2.000 tanda tangan untuk menolak kebijakan tersebut, meski pemerintah menegaskan bahwa warga setempat tetap bisa masuk gratis dan tidak akan ada pembatasan fisik berupa pagar.
Tanggapan Para Wisatawan
Di sisi lain, sebagian pengunjung justru mendukung langkah ini. Robert Duque, turis asal Spanyol, berpendapat bahwa biaya masuk akan membantu mengatur keramaian. “Dengan pengunjung lebih terkendali, kita bisa benar-benar menikmati keindahan tempat ini,” ujarnya.
Dengan segala pro dan kontra, kebijakan Zaanse Schans ini menjadi contoh nyata bagaimana destinasi populer berupaya menyeimbangkan pariwisata dengan pelestarian budaya.
*(Foto: dok. Zaanse Schans)*
Bagaimana Respons Wisatawan?
Sebagian besar pengunjung menyatakan kesediaannya membayar, asalkan pengalaman berwisata menjadi lebih nyaman. “Ini solusi tepat agar Zaanse Schans tidak terlalu padat,” tambah Duque. Sementara itu, pemerintah berharap kebijakan ini bisa menjadi model pengelolaan destinasi berkelanjutan di masa depan.