
Akhir Era Mobil Jepang di Pasar Otomotif Terbesar Dunia
Jakarta –
Setelah lebih dari 50 tahun mengukir sejarah di pasar otomotif China, Mitsubishi Motors akhirnya memutuskan untuk mengakhiri operasinya di Negeri Tirai Bambu tersebut. Pabrikan asal Jepang ini resmi menghentikan kerja samanya dengan Shenyang Aerospace Mitsubishi Motors Engine Manufacturing (SAME), menandai babak baru dalam strategi bisnisnya.
Transformasi Industri yang Cepat Jadi Penyebab
Mitsubishi mengungkapkan bahwa keputusan ini diambil sebagai respons terhadap perubahan drastis di industri otomotif China, di mana kendaraan energi baru (NEV) produksi lokal semakin mendominasi.
*”Menyikapi transformasi cepat yang terjadi, Mitsubishi Motors telah meninjau ulang strateginya di China dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari usaha patungan ini,”* jelas pernyataan resmi perusahaan.
Sejarah Panjang yang Berakhir
Aerospace Mitsubishi mulai beroperasi pada 1997 dan memulai produksi mesin setahun kemudian. Selama bertahun-tahun, perusahaan ini memasok mesin untuk kendaraan Mitsubishi dan beberapa produsen mobil China.
Namun, keputusan ini sekaligus menandai akhir dari kehadiran Mitsubishi Motors di lini produksi otomotif China. Mulai 2 Juli 2025, SAME akan berganti nama menjadi Shenyang Guoqing Power Technology Co., Ltd., tanpa lagi melibatkan Mitsubishi.
Dari Masa Kejayaan Hingga Penurunan
Mitsubishi pertama kali masuk ke China pada 1973 melalui ekspor truk kelas menengah. Di awal 2000-an, usaha patungan mereka sempat memasok powertrain untuk sekitar 30% kendaraan yang diproduksi di China.
Namun, gelombang kendaraan energi baru yang dipelopori merek-merek lokal, ditambah penurunan permintaan mesin konvensional, perlahan menggerus posisi Mitsubishi.
Pada 2012, Mitsubishi membentuk usaha patungan bersama Guangzhou Automobile Group (GAC) dan Mitsubishi Corporation dengan pembagian saham 50:30:20. Penjualan sempat mencapai puncaknya di 2018 dengan 144.000 unit, didominasi oleh SUV Outlander yang terjual 105.600 unit.
Namun, angka penjualan merosot drastis menjadi hanya 33.600 unit di 2022, seiring dengan meningkatnya persaingan dari merek-merek mobil listrik China.
Restrukturisasi dan Dominasi EV Lokal
Pada Oktober 2023, Mitsubishi mengumumkan rencana penghentian produksi lokal dan restrukturisasi operasinya di China. GAC kemudian mengambil alih kepemilikan penuh atas usaha patungan tersebut.
Keberangkatan Mitsubishi mencerminkan tantangan besar yang dihadapi produsen mobil asing di tengah maraknya kendaraan listrik China. Merek seperti BYD dan Tesla kini mendominasi pasar.
*”Lanskap otomotif China telah berubah menjadi ajang pertarungan inovasi EV, di mana pemain lama kesulitan bersaing,”* ujar analis industri Chen Liwei, seperti dikutip media Jiemian.