
Menelusuri Jejak Perjuangan Bangsa Indonesia
Jakarta –
Bekas kediaman Presiden Sukarno dan sang istri, Ratna Sari Dewi, kini menjelma menjadi Museum Satria Mandala—sebuah ruang penyimpan sejarah yang mengabadikan jejak perjuangan bangsa Indonesia. Yulianto Setiawan, Kasub Promosi museum tersebut, mengungkapkan bahwa bangunan ini awalnya bernama Wisma Yaso sebelum akhirnya dialihfungsikan menjadi Museum ABRI pada 1972 atas inisiatif Nugroho Noto Susanto, Kepala Pusat Sejarah TNI kala itu.
“Prosesnya dimulai sejak 1971, lalu diresmikan oleh Presiden Sukarno pada 5 Oktober 1972,” jelas Yulianto saat ditemui detikTravel di lokasi, Jumat (22/8/2025).
Sebagian besar arsitektur bangunan tetap dipertahankan keasliannya karena statusnya sebagai cagar budaya. Dengan luas area mencapai 5,6 hektar, museum ini termasuk salah satu yang terbesar di Indonesia, dilengkapi halaman dan ruangan yang luas.
Mengenang Perjuangan, Membangun Semangat
Yulianto menegaskan bahwa tujuan pendirian museum ini adalah untuk menumbuhkan semangat persatuan generasi muda sekaligus mengenang jasa para pahlawan yang gugur mempertahankan kedaulatan negara. “Pertama, untuk membangun jiwa korsa pemuda demi NKRI. Kedua, sebagai penghormatan kepada pahlawan yang gugur di medan perang,” ujarnya.
Sisa Kehidupan Sukarno di Setiap Sudut
Beberapa ruangan bekas hunian Sukarno dan Ratna Sari Dewi masih bisa dilihat, meski fungsinya telah berubah. Salah satunya adalah Ruang Panji, yang dahulu merupakan ruang tamu presiden. “Kini, ruangan ini menampilkan panji-panji angkatan dan diorama,” terang Yulianto.
Di lantai bawah, bekas kolam renang Ratna Sari Dewi kini menjadi ruang koleksi senjata. Sementara kamar Sukarno dialihfungsikan menjadi Ruang Panglima Besar Jenderal Sudirman.
Kolam Ikan yang Tak Berubah
Salah satu spot yang masih asli adalah kolam ikan di halaman belakang. “Kolam ini sudah ada sejak era Bu Dewi, tak pernah diubah,” kata Yulianto.
Dia menunjukkan tempat Ratna Sari Dewi biasa duduk memberi makan ikan dan hewan peliharaannya, seperti rusa. Bahkan, bebatuan besar di kolam itu tetap pada posisi yang sama sejak puluhan tahun silam.
Pintu masuk Ruang Panji di Museum Satria Mandala. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)
Kolam ikan di halaman belakang Museum Satria Mandala. (Muhammad Lugas Pribady/detikcom)