
Kisah Pernikahan hingga Kebijakan Pemotongan Nilai Rupiah
Cianjur –
“Masih ingatkah Ibu dan Bapak dengan istilah *sanering*?” tanya Lena, pemandu wisata sejarah Istana Cipanas, pada Rabu (20/8/2025) silam. Anggota Komunitas Japas (Jalan Pagi Sejarah) Bogor yang hadir sebagian besar menggeleng, saling bertukar pandang penuh tanda tanya. Namun, beberapa dengan percaya diri menjawab bahwa *sanering* adalah pemotongan nilai rupiah. Lena pun mengangguk setuju, disambut tepuk tangan riuh dari peserta.
Sebelumnya, Lena memaparkan sejarah Istana Cipanas, yang awalnya dibangun pada 1740 oleh Gustav W. Baron Van Imhoff, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, sebagai tempat peristirahatan. Bangunan ini kemudian ditetapkan sebagai Istana Kepresidenan oleh Presiden Sukarno.
### Lukisan yang Selalu Menarik Perhatian
Salah satu koleksi istana yang kerap mengundang decak kagum adalah lukisan berjudul *Jalan Seribu Pandang*. Karya Soejono D.S. pada 1958 ini unik karena menggambarkan jalan lurus di tengah pepohonan yang terlihat tetap lurus dari sudut pandang mana pun. Lukisan ini juga dikenal sebagai *Lukisan Menuju Kaliurang* dan pernah masuk dalam daftar 10 lukisan favorit Presiden Joko Widodo saat dipamerkan di Galeri Nasional pada Agustus 2016. Sayangnya, pengunjung hanya bisa melihatnya dari teras istana saat kunjungan Rabu lalu.
### Keputusan Besar di Balik Tembok Istana
Kembali ke topik *sanering*, pada 13 Desember 1965, Presiden Sukarno memimpin sidang kabinet bidang ekonomi di Istana Cipanas. Salah satu keputusan bersejarah yang dihasilkan adalah perubahan nilai mata uang, di mana Rp1.000 disetarakan dengan Rp1—kebijakan yang dikenal sebagai *sanering*.
### Cerita Cinta dan Kontroversi Sukarno di Istana Cipanas
Jauh sebelumnya, tepatnya 7 Juli 1953, Sukarno menikahi Hartini dalam acara sederhana dan tertutup di istana ini. Pernikahan ini menuai kecaman dari berbagai kalangan, termasuk media massa. Akibatnya, Fatmawati—ibunda Megawati—memilih meninggalkan Istana Merdeka dan pindah ke rumah pribadinya di Jakarta Selatan karena tak mau dimadu. Sementara Hartini kemudian menetap di Paviliun Istana Bogor, mendampingi Sukarno dalam berbagai acara kenegaraan, termasuk kunjungan pemimpin dunia seperti Ho Chi Minh (Vietnam Utara), Norodom Sihanouk (Kamboja), dan Kaisar Hirohito (Jepang).
### Gedung Bentol: Saksi Bisu Sejarah
Ho Chi Minh pernah diterima secara khusus oleh Sukarno di Gedung Bentol pada Maret 1959. Bangunan ini dibangun pada 1954 dengan desain unik—dindingnya dihiasi batu-batu yang sengaja dibuat menonjol, menyerupai bentol di kulit. Di dalamnya, masih tersimpan meja kerja berbentuk L, kursi, dan tempat tidur kecil, serta foto-foto kenangan Sukarno bersama Fatmawati dan Ho Chi Minh.
Menurut Cecep Koswara, Kepala Subbagian Protokol dan Layanan, Gedung Bentol juga pernah digunakan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menciptakan lagu dan lukisan. Arsitektur bangunan ini dirancang oleh F. Silaban, salah satu arsitek ternama Indonesia.