Dari Hidangan Tentara Belanda Hingga Jadi Favorit Pribumi

Di tengah gemerlap kuliner modern, Roti Tan Keng Chu (TKC) di Cianjur tetap bertahan dengan cita rasa klasiknya sejak 1926. Berbeda dengan roti Tan Ek Tjoan di Bogor yang sudah ada sejak 1921, TKC didirikan atas permintaan pemerintah kolonial Belanda untuk memenuhi kebutuhan roti tentara mereka di Jawa Barat.

Warisan Rasa Sejak Zaman Kolonial

Johny Pinot dari Komunitas Japas Bogor menjelaskan bahwa meski sama-sama bermarga Tan, pendiri TKC, Tan Keng Chu, tidak memiliki hubungan keluarga dengan Tan Ek Tjoan. Awalnya, TKC hanyalah seorang pedagang kelontong sebelum akhirnya diberi tanggung jawab memproduksi roti. Pemerintah Belanda menyediakan mesin penggiling adonan, tungku pemanggangan, bahan baku, serta resep khusus.

“Peralatan seperti tungku pemanggangan di sini masih asli dari tahun 1926,” kata Rachmat Fajar, pemandu wisata sejarah Cianjur.

Roti Tan Keng Chu Cianjur
Gerai Roti Tan Keng Chu di Jalan HOS Cokroaminoto, Cianjur. Foto: Sudrajat

Dari Konsumsi Tentara Hingga Dibuka untuk Umum

Selama puluhan tahun, roti buatan TKC hanya dikonsumsi oleh tentara Belanda yang tidak terbiasa makan nasi, meskipun beras Cianjur terkenal pulen. Baru pada 1950-an, roti ini mulai dijual ke masyarakat umum, dengan jangkauan pemasaran hingga Garut dan Tasikmalaya.

Selain roti tawar dan roti manis, salah satu varian andalan adalah roti gambang—berwarna cokelat dengan taburan wijen. Namanya terinspirasi dari bentuknya yang mirip bilah-bilah kayu pada alat musik gambang kromong.

Proses Pembuatan yang Tetap Tradisional

Kadir, salah satu karyawan TKC sejak 2005, memastikan bahwa proses pembuatan roti masih mengikuti cara tradisional sejak awal berdirinya. Dari penggilingan adonan hingga pemanggangan, seluruhnya memakan waktu sekitar empat jam.

“Adonan digiling, didiamkan agar mengembang, lalu ditonjok untuk mengeluarkan udara. Setelah diberi isian, roti dipanggang dalam tungku bersuhu 250 derajat selama 15 menit,” jelas Kadir.

Roti Tan Keng Chu Cianjur
Pak Kadir saat menunjukkan Roti Tan Keng Chu yang baru matang. Foto: Sudrajat

Roti manis menjadi favorit pelanggan berkat teksturnya yang empuk dan rasa yang pas. Menurut Hendri Mulyana, generasi ke-4 pengelola TKC, kunci kelezatannya terletak pada komposisi tiga bahan utama: terigu, mentega, dan gula. “Gula hanya 15% dari total adonan agar roti tetap lembut,” ujar Kadir.

Ekspansi Produk di Usia Senja

Meski sudah berusia hampir seabad, TKC terus berinovasi dengan menghadirkan variasi produk seperti mac and cheese, pizza toast, dan zuppa soup. Selain itu, puluhan pedagang di sekitar kawasan pecinan Cianjur turut menjual roti TKC tanpa perlu mengeluarkan modal.

“Mereka tidak akan rugi karena roti yang tidak laku bisa dikembalikan ke pabrik,” kata Fajar, cucu mantan Bupati Cianjur RA Aria Prawiradiredja II.

Roti Tan Keng Chu Cianjur
Roti gambang juga jadi andalan di Roti Tan Keng Chu Cianjur. Foto: Sudrajat

Dengan tetap mempertahankan cita rasa klasik dan memperluas variasi produk, Roti Tan Keng Chu membuktikan bahwa warisan kuliner bisa bertahan sekaligus beradaptasi dengan zaman.

Previous post Kalina Ocktaranny Buka Usaha Es Teler Kaki Lima, Antrean Pembeli Tak Terhindarkan!
Next post Rasakan Sensasi Baru Banh Mi dan Burger Valkyrie di Jaksel, Wajib Coba!