Vaksinasi PMK Tahap 2 Jauh dari Target, Ini Faktanya

Jakarta –
Kementerian Pertanian (Kementan) terus berkomitmen menekan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) pada hewan ternak dengan melaksanakan program vaksinasi massal secara bertahap. Tahun ini, vaksinasi dilakukan dalam dua gelombang, yaitu pada Januari-Maret dan Juli-September.

Menurut Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Agung Suganda, sebanyak 2,1 juta dosis vaksin telah diberikan pada tahap pertama. Hasilnya, program ini dinilai mampu menekan kasus PMK secara signifikan.

Untuk tahap kedua, pemerintah menargetkan pemberian 1,9 juta dosis vaksin. Namun, setelah hampir dua bulan berjalan, realisasinya baru mencapai 31,4%.

*”Realisasi vaksinasi masih rendah, baru 31,4%. Artinya, dalam waktu sekitar satu bulan ke depan, masih ada sekitar 70% vaksin yang harus diselesaikan,”* jelas Agung dalam acara Strategi Nasional Pengendalian PMK di Jakarta Selatan, Selasa (26/8/2025).

Berdasarkan pengalaman Kementan, program vaksinasi ini terbukti meningkatkan kekebalan hewan ternak, terutama saat terjadi lonjakan kasus PMK akibat tingginya mobilitas hewan.

### PMK Sempat Meningkat

Agung mengungkapkan, pada akhir 2024, kasus PMK kembali melonjak akibat pergerakan hewan ternak dari daerah produksi ke wilayah konsumen. Biasanya, mobilisasi ini terjadi 4 hingga 7 bulan sebelum Hari Raya Idul Adha.

*”Pergerakan sapi biasanya meningkat di akhir Desember, dan di situlah kasus PMK melonjak drastis. Ditambah lagi, di akhir tahun terjadi perubahan musim yang membuat daya tahan hewan menurun, sehingga kasusnya meningkat signifikan,”* tambahnya.

Menyikapi hal ini, Agung mendorong jajarannya untuk mempercepat vaksinasi. Masih ada sekitar 1,3 juta dosis vaksin yang belum diberikan. Ia memprioritaskan vaksinasi pada hewan ternak yang berpotensi dipindahkan pada November dan Desember. Harapannya, tahun depan tidak terjadi lonjakan kasus seperti sebelumnya.

*”Saya minta tim di Ditjen PKH untuk mempercepat vaksinasi sisa 1,3 juta dosis ini. Dengan begitu, hewan ternak bisa memiliki kekebalan yang cukup pada November-Desember. Saya berharap di akhir tahun tidak ada peningkatan kasus PMK seperti tahun 2024 lalu,”* ujarnya.

### Wabah PMK Mulai Terkendali

Di sisi lain, Agung menyatakan bahwa wabah PMK di Indonesia sudah mulai terkendali. Beberapa daerah seperti Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Jawa Barat hampir tidak mencatat kasus baru. Menurutnya, langkah pemerintah dalam menangani PMK sudah tepat.

Data Kementan per 24 Agustus 2025 menunjukkan, kasus PMK masih ditemukan di 7 provinsi dengan total 593 ekor hewan terinfeksi. Sulawesi Selatan mencatat kasus tertinggi (323 ekor), disusul Jawa Tengah (110 ekor), Jawa Timur (109 ekor), Jawa Barat (21 ekor), Sulawesi Barat (15 ekor), Sumatera Barat (15 ekor), dan Yogyakarta (5 ekor).

*”Artinya, strategi kita sudah tepat. Tinggal memperkuat implementasi di lapangan dan sosialisasi kepada peternak agar sektor peternakan semakin berkembang. Ini sejalan dengan program pemerintah untuk mengurangi ketergantungan impor daging sapi dan susu segar,”* pungkas Agung.

Previous post Pemerintah Didorong Perluas Lapangan Kerja ke Luar Negeri Akibat Minimnya Peluang di RI
Next post Kapal Pesiar Terbesar Dunia Mogok di Lepas Pantai Akibat Gangguan Mesin Misterius