
“Serangan ‘Kumbang Cinta’ di Korsel: Warga Heboh dengan Wabah Lovebug yang Mengganggu!”
Serangan serangga lovebug yang melanda Korea Selatan belakangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan warga, terutama di wilayah Seoul dan Incheon. Ledakan populasi serangga ini diduga kuat terkait dengan kenaikan suhu akibat perubahan iklim yang semakin ekstrem.
Pemerintah setempat telah mengerahkan puluhan petugas ke Gunung Gyeyangsan di bagian barat Seoul untuk menangani wabah yang digambarkan sangat serius oleh Kementerian Lingkungan Korea Selatan pada Jumat (12/7/2025). Fenomena ini terekam dalam video viral yang memperlihatkan jalur pendakian yang biasanya asri berubah menjadi sarang lovebug, dengan ribuan serangga kecil berwarna hitam beterbangan di sekitar para pendaki.
Mengenal Serangga Lovebug
Dikenal secara ilmiah sebagai plecia longiforceps, lovebug merupakan serangga yang memiliki kebiasaan unik, yaitu melakukan perkawinan saat terbang. Habitat aslinya mencakup daerah subtropis seperti China bagian selatan, Taiwan, Kepulauan Ryukyu di Jepang, serta beberapa wilayah di Amerika Tengah dan Amerika Serikat.
Di Korea Selatan, kehadiran lovebug pertama kali tercatat pada tahun 2015, diduga berasal dari China selatan. Sejak 2022, serangga ini mulai muncul secara rutin setiap bulan Juni hingga Juli, terutama di kawasan pelabuhan sekitar Seoul.
Para peneliti menyatakan bahwa perubahan iklim dan peningkatan suhu global telah mendorong migrasi lovebug ke wilayah utara, termasuk ke kota-kota besar seperti Seoul dan Incheon.
Dampak Perubahan Iklim
“Laju kenaikan suhu di Seoul jauh lebih cepat dibandingkan dengan rata-rata global,” jelas Kim Tae-o, Direktur Kementerian Lingkungan Korea Selatan. Ia menambahkan bahwa fenomena pulau panas perkotaan turut memperburuk situasi dengan membuat suhu semakin ekstrim dan mempercepat penyebaran serangga ini.
Meskipun secara medis tidak berbahaya karena tidak menggigit atau menularkan penyakit, kehadiran lovebug dianggap sangat mengganggu kenyamanan. Banyak warga mengeluhkan serangga ini yang sering menempel di berbagai permukaan, mulai dari kendaraan, bangunan, hingga fasilitas transportasi umum.
Otoritas setempat merekomendasikan penggunaan metode alami seperti semprotan air atau perangkap lengket untuk mengendalikan populasi lovebug, bukan dengan pestisida kimia yang berpotensi merusak lingkungan.
Saat ini, konsentrasi lovebug terbesar terlihat di wilayah barat laut Korea Selatan. Namun, belum dapat dipastikan apakah serangga ini akan menyebar ke daerah lain dalam waktu dekat.
“Kami mencatat peningkatan signifikan jumlah lovebug di Gunung Gyeyang selama akhir pekan lalu,” ungkap Wang Hyeon-jeong, seorang pejabat distrik setempat. Kondisi lingkungan yang hangat dan lembap dinilai menjadi faktor utama yang mendukung perkembangbiakan serangga ini.