
“5 Mitos Mengerikan Ikan Raksasa Penguasa Sungai Citarum yang Bikin Merinding!”
Mengalir deras dari Kabupaten Bandung hingga Kabupaten Bekasi, Sungai Citarum menyimpan legenda yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Salah satu cerita yang paling terkenal adalah tentang keberadaan makhluk gaib berwujud ikan raksasa, yang diyakini sebagai penjaga sungai tersebut.
Legenda Leuwi Dinding dan Sang Penunggu
Di Desa Cihea, terdapat bagian Sungai Citarum yang disebut Leuwi Dinding—sebuah lubuk dalam dengan air yang jernih dan tenang. Konon, tempat ini menjadi rumah bagi Kiai Layung, seekor ikan kancra berukuran raksasa yang jauh lebih besar daripada ikan kancra biasa. Kisah ini tercatat dalam buku Asal-usul Hayam Pelung jeung Dongeng-dongeng Cianjur Lianna karya Tatang Setiadi (2011).
Asal-Usul Kiai Layung
Menurut kepercayaan masyarakat, Kiai Layung dulunya adalah seorang sakti yang dihukum oleh dewata karena ambisinya ingin menguasai bumi dan surga. Sebagai bagian dari hukumannya, ia harus berjemur di bawah sinar matahari senja (layung dalam bahasa Sunda) setiap hari. Lambat laun, ia berubah wujud menjadi ikan kancra raksasa yang tetap menjalani ritual berjemurnya di dekat batu pipih di Leuwi Dinding.
Konflik dengan Kawanan Badak
Ketenangan Kiai Layung dan ikan-ikan kancra lainnya terusik ketika sekelompok badak mulai berkubang dan berenang di sekitar Leuwi Dinding. Akibatnya, banyak ikan kancra mati terinjak, dan air yang sebelumnya jernih menjadi keruh. Meski memiliki kesaktian, Kiai Layung yang telah berwujud ikan tidak mampu melawan badak-badak besar itu. Ia pun memanggil Kiai Padaratan, seorang manusia sakti, untuk meminta bantuan.
Kesepakatan dan Solusi
Setelah bertemu, keduanya membuat kesepakatan: Kiai Layung meminta kehidupan yang damai sebagai ikan, sementara Kiai Padaratan berhak memanfaatkan air dan segala isi sungai untuk kebutuhan manusia. Dengan kemampuannya, Kiai Padaratan berhasil mengusir badak-badak tersebut. Sejak saat itu, Kiai Layung dapat berjemur dengan tenang, dan warga sekitar bebas memanfaatkan sumber daya Sungai Citarum tanpa gangguan.