“Kampung Dayak Sukabumi: Kehidupan Nomaden yang Menari Bersama Irama Pasang Surut Laut”

Kampung Dayak Sukabumi: Kisah Warga Pesisir yang Hidup Selaras dengan Laut

Di pesisir Loji, Kabupaten Sukabumi, terdapat sebuah kampung dengan sebutan unik: Kampung Dayak. Namun, jangan salah sangka—Dayak di sini bukan merujuk pada suku asli Kalimantan. Nama ini justru menggambarkan pola hidup warga yang berpindah-pindah mengikuti ritme pasang surut air laut.

Asal Usul Nama Kampung Dayak

Kampung ini sebenarnya bernama Talanca, tetapi julukan “Dayak” melekat karena kebiasaan warganya yang sering berpindah tempat tinggal saat air laut pasang. Lukman (65), salah satu warga, mengisahkan bahwa dahulu, air laut sering naik hingga membanjiri pemukiman, memaksa mereka mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman.

*”Sudah 23 tahun tinggal di sini, merasakan suka dan dukanya. Dulu, air bisa naik sampai masuk kampung. Kalau sudah begitu, kami harus mengungsi ke rumah saudara,”* kenang Lukman saat berbincang dengan detikcom tahun lalu.

Kehidupan yang Bergantung pada Laut

Sebagian besar warga Kampung Dayak menggantungkan hidup pada hasil laut. Saat musim ikan tiba, mereka berbondong-bondong melaut untuk mencari nafkah. Namun, laut tak selalu ramah—kadang memberikan tangkapan melimpah, di lain waktu justru sepi tanpa hasil.

Lukman mengaku kini tak lagi kuat melaut. *”Dulu pakai perahu congkreng, sekarang sudah enggak kuat. Ikan juga semakin jarang, jadi lebih banyak mulung sampah untuk menambah penghasilan,”* ujarnya. Meski begitu, ia bersyukur anak dan cucunya tetap bisa bersekolah.

Banting Setir Jadi Pemulung Saat Ikan Langka

Ketika ikan sulit didapat, warga seperti Tami (65) beralih profesi menjadi pemulung. Mereka mengumpulkan sampah plastik, kayu, atau logam yang terdampar di pesisir untuk dijual kembali. *”Kalau musim ikan jelek, saya ngumpulin botol aqua atau kayu. Sehari bisa dapat puluhan kilogram,”* cerita Tami.

Meski usia tak lagi muda, Tami masih sesekali melaut jika musim memungkinkan. *”Masih kuat cari ikan. Kadang dapat layur atau selayang,”* katanya dengan suara lirih.

Ketangguhan di Tengah Ketidakpastian

Hidup di Kampung Dayak memang penuh tantangan, tetapi warga di sini tak mudah menyerah. Mereka telah belajar beradaptasi dengan kerasnya kehidupan pesisir, menjadikan pasang surut laut sebagai bagian dari keseharian.

*”Harapannya, kehidupan bisa lebih stabil dan sejahtera. Kami percaya, esok hari bisa membawa keberuntungan lebih baik,”* tutup Tami, penuh harap.

Previous post “Kisah Inspiratif: Nenek 73 Tahun Ditegur Pemerintah karena Berjualan Sosis di Depan Rumah”
Next post Turis Kanada Tipu Pemilik Vila di Bali dengan Transfer Palsu, Begini Modusnya!