“Anak Sekolah di Cimahi Beralih ke Walking Tour Usai Study Tour Dilarang”

Kota Cimahi Hidupkan Jejak Sejarah dengan Walking Tour

Deretan bangunan tua di Cimahi menyimpan cerita panjang tentang masa lalu, terutama ketika kota ini menjadi pusat militer Belanda. Nuansa art deco yang masih terpelihara menghiasi gedung-gedung bersejarah, dari sekolah hingga pusat komando militer zaman dulu. Kini, bangunan-bangunan itu tidak hanya jadi saksi bisu, tetapi juga destinasi menarik bagi pelajar yang beralih dari *study tour* ke *walking tour* setelah adanya larangan dari Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi.

Walking Tour, Alternatif Tanpa Keluar Kota

Larangan *study tour* ke luar daerah mendorong Dinas Pendidikan Kota Cimahi mengajak siswa mengenal sejarah lokal melalui *walking tour*. “Kami mengarahkan anak-anak untuk menjelajahi tempat-tempat bersejarah di Cimahi sebagai pengganti *study tour*,” jelas Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Nana Suyatna.

Beberapa lokasi yang masuk dalam rute *walking tour* antara lain Rumah Sakit Dustira (berdiri sejak 1887), Gedung Historich di Jalan Gatot Subroto yang dulunya tempat pesta orang Belanda, serta Gereja Santo Ignatius berusia lebih dari seabad. Tak hanya bangunan kolonial, Kampung Adat Cireundeu juga jadi tujuan utama, di mana masyarakatnya telah mengonsumsi singkong sebagai makanan pokok sejak 1918.

Antusiasme Siswa dan Dukungan Pemerintah

Beberapa sekolah sudah memulai kegiatan ini, seperti salah satu SMP yang mengunjungi Masmil Poncol. “Anak-anak sangat antusias karena bisa belajar sambil mengeksplorasi langsung,” tambah Nana.

Inisiatif ini sejalan dengan rencana pengembangan wisata heritage yang sempat tertunda. “Kami mendukung *walking tour* sebagai upaya memajukan potensi lokal,” ujar Lucky Sugih Mauludin dari Disbudparpora Cimahi.

Cireundeu: Destinasi Edukasi dan Budaya

Kampung Adat Cireundeu telah lama menjadi tempat penelitian dan kunjungan wisata, tidak hanya untuk pelajar tetapi juga peneliti dan masyarakat umum. “Kami sering dikunjungi wisatawan dan mahasiswa. Semoga bisa terus berkontribusi dalam kegiatan edukatif seperti ini,” kata Triana Santika, pemandu wisata di Cireundeu.

Artikel ini telah tayang di *detikJabar*.

Previous post Rahasia Jimat Thailand: Pentingnya dalam Kehidupan Sehari-hari?
Next post “Pesona Pulau Merak Kecil: Snorkeling Seru & Wisata Santai Terdekat dari Jakarta”