
Bandara Kertajati: Infrastruktur Megah yang Masih Sepi Penumpang
Dibangun dengan anggaran APBN mencapai Rp 2,6 triliun, Bandara Kertajati di Majalengka, Jawa Barat, masih jauh dari kata ramai. Padahal, bandara ini dirancang sebagai salah satu proyek strategis nasional. Namun, minimnya jumlah penumpang membuat pengelolanya, PT Bandarudara Internasional Jawa Barat (BIJB), terus merugi.
Dalam satu tahun terakhir, kerugian BIJB—perusahaan daerah yang mayoritas sahamnya dimiliki Pemprov Jabar—mencapai Rp 60 miliar. Pendapatan operasional belum mampu menutup biaya perawatan dan operasional bandara, sehingga keuangan perusahaan semakin tertekan.
Mengapa Penumpang Masih Memilih Bandara Lain?
Menurut Djoko Setijowarno, pakar transportasi sekaligus Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Bandara Kertajati belum menjadi pilihan utama warga Bandung.
Alih-alih memanfaatkan bandara ini setelah penutupan Bandara Husein Sastranegara, banyak calon penumpang justru memilih terbang dari Jakarta—baik melalui Bandara Halim Perdanakusuma maupun Soekarno-Hatta.
*”Akses ke Jakarta semakin mudah dengan adanya kereta biasa dan Whoosh (kereta cepat), ditambah jaringan jalan yang makin baik,”* jelas Djoko saat dihubungi pada Rabu (25/6/2025).
Sementara itu, potensi penumpang dari wilayah Jawa Barat bagian Timur, seperti Cirebon, Brebes, dan Indramayu, juga belum cukup besar untuk mendukung operasional bandara sebesar Kertajati.
*”Sebenarnya, penumpang yang ada saat ini kebanyakan berasal dari daerah sekitar seperti Cirebon, Brebes, Indramayu, dan Majalengka sendiri,”* tambah Djoko.
Optimisme Jokowi: Tol Cisumdawu Jadi Harapan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) pernah menyatakan keyakinannya bahwa Bandara Kertajati akan ramai setelah tersambung dengan Tol Cisumdawu. Bandara ini dibangun di era kepemimpinannya dan masuk dalam daftar Proyek Strategis Nasional (PSN).
*”Saya yakin bandara ini akan menjadi bandara masa depan dengan lalu lintas yang sangat padat,”* ujar Jokowi dalam pernyataan resmi di YouTube Sekretariat Presiden (11/7/2023).
Ia juga menyebut bahwa perjalanan dari Bandung ke Kertajati bisa ditempuh dalam satu jam via Tol Cisumdawu, sehingga warga tak perlu lagi terbang dari Jakarta.
Namun, proyek tol ini sempat tertunda karena kendala pembebasan lahan, sehingga operasional bandara belum optimal.
*”Awalnya, Tol Cisumdawu dan Bandara Kertajati direncanakan selesai bersamaan. Tapi karena masalah lahan, bandaranya selesai duluan, sementara tol belum,”* jelas Jokowi.
Bandara Terbesar Kedua, Tapi Minim Penerbangan
Dengan luas mencapai 1.800 hektare, Bandara Kertajati menjadi bandara terbesar kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta. Fasilitasnya mencakup dua landasan pacu, terminal penumpang seluas 121.000 m², dan terminal kargo seluas 90.000 m².
Sebagai perbandingan, Bandara Hang Nadim (Batam) dan Kuala Namu (Medan) yang menempati peringkat ketiga dan keempat masing-masing memiliki luas 1.762 hektare dan 1.650 hektare.
Sayangnya, fasilitas megah ini belum dimanfaatkan maksimal. Pada 2024, jumlah penumpang hanya mencapai 413.240 orang—82,8% domestik dan 17,2% internasional. Angka ini hanya sekitar 3% dari target 12 juta penumpang per tahun.
Bahkan di 2023, jumlah penumpang lebih rendah lagi, hanya 135.535 orang. Tanpa peningkatan signifikan, bandara ini berpotensi menjadi aset yang kurang termanfaatkan, sementara kerugian pengelola terus membengkak.