“Bangkitnya Harapan di Balik Runtuhnya Emiten Tambang: Kisah Pemulihan yang Menginspirasi”

Kinerja Sektor Tambang Kuartal II 2025 Lesu, Emiten Emas Masih Menjadi Sorotan

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa sektor pertambangan mengalami perlambatan kinerja pada kuartal II 2025. Baik perusahaan BUMN maupun swasta di sektor ini tercatat mengalami penurunan performa fundamental, terutama akibat tekanan dari melemahnya harga komoditas.

Inarno Djajadi, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK, mengungkapkan bahwa sektor energi, termasuk tambang, menghadapi tantangan serius. Penurunan harga komoditas pada kuartal I 2025 berdampak signifikan terhadap pendapatan dan laba bersih emiten tambang.

Meski demikian, beberapa analis tetap melihat peluang investasi jangka panjang di sektor ini, khususnya pada komoditas emas. Lalu, perusahaan tambang mana yang masih menjanjikan keuntungan di tengah kondisi yang kurang menguntungkan ini?

### PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS): Raih Lonjakan Laba Berkat Emas

BRMS, bagian dari Grup Bakrie, mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang signifikan pada semester I 2025. Laba bersihnya melonjak 136% menjadi US$ 22,2 juta (sekitar Rp 362,04 miliar) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Pendapatan perusahaan juga meningkat 97% menjadi US$ 120,8 juta (Rp 1,97 triliun) seiring dengan kenaikan produksi emas. Meski biaya operasional turut naik, kinerja BRMS tetap mendapat apresiasi dari analis.

Sucor Sekuritas merekomendasikan beli saham BRMS dengan target harga Rp 750 per lembar. Saham ini tercatat menguat 6,51% dalam sepekan terakhir, menunjukkan potensi kenaikan lebih lanjut.

### Prospek Jangka Panjang: Cadangan Emas Besar dan Ekspansi

Sucor Sekuritas menilai BRMS memiliki prospek cerah berkat cadangan emasnya yang mencapai 5 juta ons, menjadikannya salah satu pemain utama di industri ini. Selain itu, rencana ekspansi perusahaan dinilai akan memperkuat pertumbuhan produksi emas di masa depan.

Mirae Asset Sekuritas juga menyebut saham BRMS sedang dalam fase reakumulasi utama, yang biasanya menjadi sinyal kuat untuk kenaikan harga. Mereka merekomendasikan accumulative buy di kisaran Rp 444–464 per lembar.

### Dukungan Harga Emas Global dan Tantangan Jangka Pendek

Nafan Aji Gusta Utama dari Mirae Asset menyatakan bahwa kenaikan harga emas dunia menjadi katalis positif bagi BRMS. Komitmen perusahaan dalam hilirisasi tambang juga dinilai mendukung pergerakan sahamnya.

Namun, ada tantangan jangka pendek. Samuel Sekuritas memprediksi laba BRMS bisa menurun di kuartal III 2025 karena ketergantungan pada cadangan emas berkualitas rendah. Selain itu, kenaikan tarif royalti emas AS sebesar 19% turut membebani biaya produksi.

Meski demikian, prospek jangka panjang BRMS tetap optimis. Proyek Citra Palu Mineral (CPM) dengan cadangan emas besar dan rencana pengembangan fasilitas pengolahan diperkirakan mendongkrak pertumbuhan pendapatan bersih dengan CAGR 30,4% hingga 2028.

Samuel Sekuritas menegaskan bahwa meski ada penyesuaian laba 2025, pandangan mereka terhadap BRMS tetap positif, didorong oleh potensi proyek baru seperti Gorontalo Minerals.

Dengan demikian, meski sektor tambang secara umum lesu, emiten emas seperti BRMS masih menjadi pilihan menarik bagi investor yang berorientasi jangka panjang.

Previous post Prajogo Pangestu Masuk MSCI, Boy Thohir Terdepak: Perubahan Besar Indeks Saham!
Next post “Richard Winata: Perjuangan Inspiratif Menuju Gelar Atlet Binaraga Kelas Dunia”