
BPS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi RI Hari Ini: Siap-Siap Menyambut Data Terkini!
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan II-2025 Segera Diumumkan, Bisakah Tembus 5%?
Hari ini, Selasa (5/8), Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengungkapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk triwulan II-2025. Pengumuman resmi direncanakan disampaikan di kantor pusat BPS, Jakarta, tepat pukul 11.00 WIB. Pertanyaan besar yang mengemuka: apakah angka pertumbuhan kali ini mampu menembus level 5%? Sebelumnya, pada triwulan I-2025, pertumbuhan tercatat masih di bawah 5%, yakni 4,87%.
Konsumsi Rumah Tangga Jadi Penentu Utama
Bhima Yudhistira, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), menjelaskan bahwa konsumsi rumah tangga masih menjadi pilar utama perekonomian Indonesia, menyumbang 54,53% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Ketika daya beli melemah, dampaknya langsung terasa pada pertumbuhan ekonomi.
Bhima menyebut fenomena *rojali* (rombongan jarang beli) dan *rohana* (rombongan hanya nanya) sebagai indikator lesunya aktivitas belanja masyarakat. “Ini dampak dari penurunan ekonomi. Orang datang ke pusat perbelanjaan sekadar untuk rekreasi, bukan membeli barang sekunder atau tersier karena daya beli yang tertekan,” ujarnya kepada detikcom, Senin (4/8/2025).
Proyeksi Pertumbuhan: Masih di Bawah 5%
Bhima memperkirakan pertumbuhan triwulan II-2025 hanya akan mencapai 4,5-4,7% (year-on-year/yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya. “Faktor pendorong musiman seperti Lebaran sudah lewat, sementara daya beli masih lesu,” jelasnya.
Pendapat serupa disampaikan Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia. Ia memprediksi pertumbuhan akan berkisar di 4,7-4,8% (yoy), dengan konsumsi rumah tangga sebagai penyebab utama perlambatan. “CORE memproyeksikan penurunan dari 4,87% di triwulan I,” ungkap Faisal.
Faktor Penghambat: Belanja Pemerintah dan Ekspor
Faisal menilai stimulus pemerintah belum cukup mendongkrak pertumbuhan, sementara kontribusi ekspor neto juga minim akibat surplus neraca perdagangan yang menyusut. “Belanja pemerintah masih terkontraksi sekitar 1%, memperparah perlambatan,” tambahnya.
Satu-satunya titik terang datang dari investasi, yang diprediksi tumbuh di atas 3%. Namun, angka ini dinilai belum cukup signifikan untuk mengerek pertumbuhan secara keseluruhan.