
Dokter Ungkap Kebiasaan Pemicu Transplantasi Ginjal pada Pasien Gen Z, Ini Faktanya!
Jakarta –
Kasus penyakit ginjal kini semakin banyak menyerang generasi muda, termasuk Generasi Z. Gangguan fungsi ginjal ini tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan, tetapi juga dipicu oleh kebiasaan hidup yang tidak sehat.
Prof Dr dr Nur Rasyid, SpU(K), seorang spesialis urologi dari Siloam Hospitals ASRI, mengungkapkan bahwa ia telah menangani puluhan pasien muda dengan kondisi gagal ginjal, bahkan beberapa di antaranya membutuhkan transplantasi.
“Di ASRI, kami sudah menangani dua kasus. Sementara di RSCM, ada sekitar 30 kasus. Pasiennya masih sangat muda, bahkan yang termuda berusia 7 tahun,” ujar Prof Rasyid dalam pertemuan di Jakarta Selatan, Minggu (24/8/2025).
Transplantasi Ginjal: Solusi Lebih Baik daripada Cuci Darah
Menurut Prof Rasyid, transplantasi ginjal memberikan harapan hidup yang lebih baik bagi pasien dibandingkan dengan rutin menjalani cuci darah.
“Jika terus menerus cuci darah, pembuluh darah akan rusak, metabolisme terganggu. Semua fungsi ginjal diambil alih oleh mesin, sehingga kualitas hidup pasien menurun,” jelasnya.
“Bayangkan, dalam seminggu harus cuci darah tiga kali, berbaring di mesin selama 5-6 jam. Kerusakan pembuluh darah juga memicu komplikasi organ lain seperti jantung dan hati, yang akhirnya berujung fatal,” tambahnya.
Gaya Hidup Tidak Sehat Jadi Pemicu Utama
Prof Rasyid menyoroti bahwa pasien muda dengan kerusakan ginjal umumnya disebabkan oleh pola hidup yang buruk, meskipun faktor genetik juga berperan.
“Usia penderita gangguan ginjal semakin muda. Dulu dominan pada orang tua, sekarang banyak anak muda yang mengalaminya. Penyebabnya antara lain konsumsi minuman manis berlebihan yang merusak pankreas dan memicu diabetes,” paparnya.
“Selain itu, kebiasaan makan junk food meningkatkan kolesterol dan lemak, sehingga fungsi ginjal menurun. Begadang terus-menerus juga memicu hipertensi, yang memperburuk kondisi ginjal,” tandasnya.