
Kelezatan Warisan Nusantara yang Kian Langka dan Terancam Punah
Jakarta –
Indonesia dikenal sebagai salah satu raksasa penghasil kopi dunia, dengan beragam jenis seperti robusta, arabika, dan liberika yang tersebar di berbagai daerah. Salah satu yang mencuri perhatian adalah kopi arabika dari Bajawa, Flores, Nusa Tenggara Timur. Sayangnya, perubahan iklim kini mengancam kelestarian biji kopi khas daerah tersebut.
Meski memiliki cita rasa yang diakui secara internasional, produksi kopi Flores belakangan mengalami penurunan drastis. Padahal, kopi ini telah menjadi kebanggaan masyarakat setempat selama ratusan tahun.
Fakta Menarik Kopi Flores yang Mendunia
![]() |
Sejarah Panjang Kopi Bajawa
Menurut catatan JYN Coffee, kopi Flores telah dibudidayakan sejak ratusan tahun lalu. Teknik penanamannya tetap mempertahankan kearifan lokal, dengan fokus pada kelestarian lingkungan. Kopi ini tumbuh subur di ketinggian 1.200–1.600 meter di atas permukaan laut, didukung tanah vulkanik yang kaya nutrisi. Proses perawatan hingga pascapanen pun masih dilakukan secara tradisional.
Warisan Budaya yang Dipertahankan
Keterampilan mengelola kebun kopi di Flores diwariskan turun-temurun. Anselmus Menge, mantan Ketua Kelompok Tani Fa Masa, mengungkapkan bahwa keluarganya telah menanam kopi sejak 1968. Awalnya, harga jual kopi hanya Rp600 per kilogram. Namun, seiring waktu, petani mulai beradaptasi dengan pelatihan untuk meningkatkan nilai jual.
Anselmus sendiri mulai menanam kopi pada 2004 di lahan seluas 1,5 hektar. Berkat upaya tersebut, harga kopi gelondong merah sempat melonjak hingga Rp2.500 per kilogram.
Puncak Kejayaan Ekspor Kopi Flores
Flores pernah menjadi salah satu penyumbang ekspor kopi terbesar di Indonesia. Pada 2016, petani di Kabupaten Ngada berhasil mengirimkan 233 ton kopi kering ke Amerika Serikat, menghasilkan pendapatan hingga Rp14 miliar. Masa keemasan ini terjadi antara 2016–2018, saat iklim masih mendukung pertumbuhan kopi.
Namun, situasi berubah drastis akibat perubahan cuaca. Data BPS NTT menunjukkan penurunan produksi yang signifikan. Pada 2021, hasil panen mencapai 2.502,4 ton, tetapi turun menjadi 736,4 ton di 2023 dan 676,4 ton di 2024.
![]() |
Ancaman Perubahan Iklim
Penelitian menunjukkan bahwa suhu ideal untuk kopi adalah sekitar 23°C. Jika lebih panas, buah kopi matang terlalu cepat dan kualitasnya menurun. Sementara suhu di atas 30°C dapat mengganggu pertumbuhan tanaman. Dengan lahan seluas 1.807,47 hektar dan produktivitas hanya 600–1.000 kilogram per hektar, masa depan kopi Flores kini berada di ujung tanduk.