
“Kisah Inspiratif: Tukang Sayur Pahlawan Ekonomi Indonesia yang Tak Terduga”
Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,12% di Kuartal II-2025: Sektor Informal Jadi Pahlawan
Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II-2025 mencapai 5,12%, menempatkannya sebagai salah satu yang tertinggi di kawasan G20 dan ASEAN. Namun, yang menarik, mesin penggerak pertumbuhan ini bukan berasal dari korporasi raksasa atau industri skala besar, melainkan dari sektor informal—para pedagang kaki lima, buruh harian, hingga warung-warung kecil yang terus bergerak di tengah ketidakpastian.
Konsumsi Masyarakat Jadi Penopang Utama
Menurut Pranjul Bhandari, Chief Economist Indonesia & India HSBC Global Research, pertumbuhan ini didorong oleh konsumsi masyarakat yang tetap kuat meskipun indikator sektor formal seperti penjualan kendaraan dan transaksi kartu kredit menunjukkan pelemahan. “Sektor informal menyumbang 60% lapangan kerja dan 55% konsumsi nasional. Inilah yang menjaga ekonomi tetap hidup,” ujarnya.
Data menunjukkan bahwa belanja untuk kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, dan pakaian justru meningkat, sementara pembelian barang tahan lama seperti mobil dan peralatan rumah tangga menurun. Hal ini mengindikasikan bahwa daya beli masyarakat kelas bawah dan menengah—yang sangat sensitif terhadap harga—menjadi kunci pertumbuhan.
Inflasi Rendah dan Bansos Beri Dampak Positif
Faktor lain yang mendorong pertumbuhan adalah inflasi yang terkendali, peningkatan hasil pertanian pasca-El Nino, serta bantuan sosial dari pemerintah. Pranjul menilai kebijakan fiskal dan moneter yang lebih longgar di 2025 juga mulai menunjukkan hasil. “Defisit fiskal naik dari 1,6% PDB di 2023 menjadi sekitar 2,8% PDB di 2025. Ini menunjukkan adanya stimulus yang cukup besar,” jelasnya.
Namun, di balik optimisme ini, tantangan besar masih mengintai. Sektor formal—yang seharusnya menjadi penggerak pertumbuhan jangka panjang—masih stagnan. Korporasi besar terlihat enggan berinvestasi, lebih memilih menumpuk dana daripada mengekspansi bisnis.
Investasi Korporasi Jadi Tantangan ke Depan
“Untuk mencapai pertumbuhan yang lebih tinggi dalam jangka panjang, Indonesia membutuhkan peningkatan investasi korporasi,” tegas Pranjul. Ia menjelaskan bahwa investasi dari perusahaan besar memiliki efek pengganda yang signifikan, mulai dari penciptaan lapangan kerja hingga peningkatan kapasitas produksi.
Sayangnya, banyak perusahaan saat ini lebih memilih menabung. “Ada banyak dana menganggur, tetapi tidak dialokasikan untuk investasi. Pertanyaannya, apa yang bisa mendorong korporasi untuk berinvestasi? Ini adalah tantangan utama,” tambahnya.
Kesimpulan: Sektor Informal Jadi Pahlawan Sementara
Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini tidak digerakkan oleh eksekutif di gedung-gedung perkantoran atau pemilik pabrik, melainkan oleh jutaan pelaku usaha kecil yang terus bergerak setiap hari. Mulai dari tukang sayur, penjual makanan, hingga ojek online—merekalah yang menjaga denyut ekonomi tetap berdetak. Namun, tanpa dukungan investasi korporasi, pertumbuhan yang berkelanjutan mungkin akan sulit dipertahankan.