
“Kisah Kocak Salah Paham ‘Penculikan’ Soekarno-Hatta di Rengasdengklok yang Bikin Geleng-Geleng”
Kisah Lucu di Balik Keseriusan Rumah Djiaw Kie Siong
Di tengah kesan tegang peristiwa penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Rumah Djiaw Kie Siong justru menyimpan momen-momen ringan yang bikin tersenyum. Salah satunya terjadi saat seorang pelajar bertanya dengan polos, mengubah suasana serius menjadi riuh tawa.
Rumah ini menjadi saksi bisu peristiwa bersejarah ketika para pemuda “membawa” Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, langkah penting menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia. Kini, tempat ini ramai dikunjungi wisatawan, terutama siswa-siswa sekolah yang ingin belajar sejarah.
Lina, salah satu keluarga yang merawat rumah tersebut, bercerita bahwa anak-anak kerap membayangkan penculikan dengan gambaran dramatis—seperti tangan diikat, mata tertutup, atau mulut dilakban. Padahal, kenyataannya tak seseram itu.
“Penculikan” yang Tak Sesuai Imajinasi
“Anak-anak sekarang mengira penculikan itu kejam. Padahal, waktu itu maksudnya lebih ke pengamanan atau membawa diam-diam agar golongan tua tidak tahu,” jelas Lina, yang akrab disapa Bu Yanto.
Ia tertawa menceritakan bagaimana seorang siswa beraksi sebagai Soekarno dengan peci, lalu pura-pura diikat tangannya. “Saya bilang, ‘Nggak gitu, Dek!’ Tapi dia malah menjawab, ‘Kan diculik, Bu!'” ujarnya sambil terkekeh.
Tak hanya anak SD, siswa SMA pun punya versi mereka sendiri. Saat membuat video pendek tentang peristiwa itu, mereka mengira adegannya harus dramatis—lari-larian, membanting pintu, seolah sedang mengejar buronan.
“Saya tanya, ‘Dapat referensi dari mana, Dek?’ Mereka jawab, ‘Dari YouTube, Bu!’ Ya jelas salah dong,” kata Bu Yanto sambil tertawa. Ia lalu meluruskan bahwa kejadian sebenarnya berlangsung tenang, layaknya tamu biasa yang datang tanpa keributan.
Bukti Niat Baik di Balik “Penculikan”
Bu Yanto menunjukkan tulisan Bung Hatta yang terpajang di dinding rumah, dibuat pada 1974 sebagai kenangan atas peristiwa 30 tahun sebelumnya. Dalam pesannya, Hatta justru menyebut “penculikan” itu sebagai jasa besar bagi kemerdekaan Indonesia.
“Berpose dengan Doktorandus Singgih, penculik saya, dan Almarhum Bung Karno… Suatu sumbangan yang merupakan jasa besar bagi terjadinya Proklamasi Kemerdekaan,” tulis Hatta.
Bagi Bu Yanto, tulisan itu bukan sekadar kenangan, tapi juga pengingat bahwa di balik istilah “penculikan”, ada niat mulia para pemuda yang ingin mempercepat kemerdekaan. Kisah-kisah lucu dari para siswa justru semakin membuktikan bahwa peristiwa ini jauh dari kesan negatif.