“Kuil Murugan Jadi Magnet Wisatawan Lokal & Global, Apa Istimewanya?”

Kuil Murugan: Magnet Wisatawan Lokal hingga Mancanegara

Kuil Murugan terus menjadi sorotan, tak hanya bagi masyarakat lokal tetapi juga menarik minat wisatawan dari berbagai negara. Dikenal pula sebagai Shri Sanathana Dharma Aalayam, kuil ini menawarkan pesona arsitektur megah dengan luas 2.500 meter persegi, lengkap dengan menara setinggi 47 meter dan lima *menara kobrum* (mahkota dewa) yang memukau.

Spot Foto yang Memikat
*Menara kobrum* menjadi daya tarik utama bagi pengunjung. Warna-warni cerah dan ukiran dewa yang detail membuatnya menjadi latar foto yang sempurna. Tak heran jika spot ini selalu ramai dikunjungi, baik oleh wisatawan domestik maupun internasional.

Perhatian dari Berbagai Negara
Salwendren, salah satu pendiri Kuil Murugan, mengungkapkan bahwa popularitas kuil ini telah meluas hingga ke mancanegara. “Jemaat yang beribadah datang dari Malaysia, Singapura, India, dan banyak negara lainnya,” katanya saat berbincang dengan wartawan pada Sabtu (2/8).

Salah satu momen yang paling berkesan baginya adalah kedatangan sebuah keluarga kecil asal Ceko. Mereka berjalan kaki dari Pasar Senen menuju Kalideres, lokasi kuil ini berdiri. “Mereka tidak mengerti sebelumnya, tapi begitu melihatnya di media sosial, seolah ada dorongan hati untuk datang,” cerita Salwendren.

Meski keluarga tersebut beragama Katolik, mereka sangat menghargai Kuil Murugan sebagai tempat suci. Hal ini mengingatkannya pada tradisi umat Hindu di India yang rela berjalan jauh demi berziarah ke kuil-kuil besar.

Tradisi Ziarah yang Mendalam
“Bisa jadi mereka memiliki niat tertentu yang dikabulkan, atau sekadar ungkapan syukur sehingga terdorong melakukan perjalanan seperti itu,” ujarnya. Di India, berjalan ratusan kilometer tanpa alas kaki menuju kuil adalah bentuk ibadah yang umum, terutama bagi mereka yang telah menyelesaikan urusan duniawi. “Mirip dengan naik haji dalam Islam,” tambah Salwendren.

Persiapan Pembukaan Kembali
Saat ini, Kuil Murugan masih ditutup sementara untuk penyelesaian konstruksi dan penyempurnaan sistem kunjungan wisata. Ketika dibuka nanti, akan ada perbedaan regulasi antara turis lokal dan mancanegara, terutama dalam hal donasi. “Mungkin nanti kita bedakan di donasinya,” pungkasnya.

Previous post Bendera Merah Putih Raksasa 500 Meter Hiasi Pekalongan, Ini Makna di Baliknya
Next post “Wisatawan Indonesia Tetap Pilih Malaysia sebagai Destinasi Favorit di Tengah Ketidakstabilan Ekonomi”