“Payung di Jepang: Lebih dari Pelindung Hujan-Panas, Simbol Spiritual yang Mendalam”

Payung Jepang: Lebih dari Sekadar Pelindung dari Hujan dan Panas

Bagi kebanyakan orang, payung hanyalah alat praktis untuk melindungi diri dari hujan atau terik matahari. Namun, di Jepang, payung memiliki makna yang jauh lebih dalam—sebagai penghubung antara dunia manusia dan alam spiritual.

Payung sebagai Simbol Spiritual

Menurut Profesor Emeritus Tatsuo Danjyo dari Universitas Beppu, payung dalam budaya Jepang dikenal sebagai *yorishiro*—benda yang mampu menarik dewa atau roh. Keyakinan ini telah mengakar sejak berabad-abad lalu. Payung pertama kali muncul di Jepang antara abad ke-9 dan ke-11, bukan sebagai alat pelindung cuaca, melainkan sebagai lambang kekuatan spiritual dan politik.

Awalnya, payung bergagang panjang seperti *sashikake-gasa* hanya digunakan oleh tokoh agama dan pejabat tinggi, dengan pelayan yang bertugas memegangnya. “Orang Jepang memiliki pandangan animistik. Bentuk payung yang melingkar dianggap menyerupai jiwa, sementara gagangnya seperti pilar tempat roh dapat turun,” jelas Danjyo.

Evolusi Payung dalam Masyarakat

Pada abad ke-12, payung mulai digunakan oleh masyarakat umum, namun makna spiritualnya tetap bertahan. Hingga kini, payung masih memainkan peran penting dalam berbagai festival di Jepang. Misalnya, di *Yasurai Matsuri* di Kyoto, payung yang dihiasi bunga dipercaya mampu mengusir penyakit. Sementara di *Hakata Dontaku* di Fukuoka, payung besar bernama *kasaboko* diarak sebagai simbol kesehatan dan keberuntungan.

Di Okinoshima, Prefektur Kōchi, payung berwarna-warni dibuat selama festival Obon untuk menampung arwah leluhur. Setiap dua tahun sekali, payung-payung ini dibawa dalam tarian ritual sebagai simbol pengantaran roh kembali ke alam baka.

Payung dalam Cerita Rakyat dan Seni

Payung juga mengilhami salah satu makhluk supernatural terkenal di Jepang—*kasa yokai* atau roh payung. Makhluk ini sering digambarkan bermata satu dan muncul dalam karya seni seperti *Parade Malam Segudang Goblin*, yang menampilkan benda-benda rumah tangga yang “hidup”. Keberadaan *kasa yokai* mencerminkan kepercayaan animisme bahwa benda-benda pun dapat memiliki roh, terutama yang pernah digunakan dan kemudian terlupakan.

Mengenal Lebih Dekat Payung Tradisional Jepang

Bagi yang ingin mempelajari lebih dalam tentang payung tradisional Jepang, beberapa museum dan lokakarya seperti *Yodoe Umbrella Folklore Museum*, *Kyoto Tsujikura*, dan *Matsuda Wagasa* menawarkan pengalaman langsung melihat kerajinan payung yang kaya akan sejarah dan makna.

Previous post “Resmi! Pengurus Baru Perbati 2025-2029 Dilantik dengan Semangat Baru”
Next post “Bandara Lombok Tambah Penerbangan, Solusi Cerdas Atasi Tiket Mahal!”