Wakatobi Bangkitkan Ekonomi Lokal dengan Budidaya Rumput Laut Coklat yang Menguntungkan

Rumput Laut Coklat Wakatobi Jadi Primadona Pesisir

Di perairan Wakatobi, Sulawesi Tenggara, rumput laut coklat (Phaeophyta) telah menjadi komoditas andalan bagi petani setempat. Setiap bulan, puluhan ton hasil panen dikirim ke pasar untuk memenuhi kebutuhan bahan pangan, terutama sebagai bahan baku pembuatan agar-agar.

Foto udara petani menuju lokasi pembibitan rumput laut coklat (Phaeophyta) di perairan Desa Liya Raya, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (22/8/2025). Petani setempat menyatakan dalam sebulan dapat memanen puluhan ton rumput laut yang dijual dengan harga Rp15 ribu per kilogram sebagai bahan baku pembuatan agar-agar. ANTARA FOTO/Andry Denisah/foc.
Foto udara petani menuju lokasi pembibitan rumput laut coklat (Phaeophyta) di perairan Desa Liya Raya, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (22/8/2025). ANTARA FOTO/Andry Denisah

Foto udara petani menuju lokasi pembibitan rumput laut coklat (Phaeophyta) di perairan Desa Liya Raya, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (22/8/2025). Petani setempat menyatakan dalam sebulan dapat memanen puluhan ton rumput laut yang dijual dengan harga Rp15 ribu per kilogram sebagai bahan baku pembuatan agar-agar. ANTARA FOTO/Andry Denisah/foc.
Petani setempat mengaku mampu memanen puluhan ton rumput laut per bulan, dengan harga jual mencapai Rp15 ribu per kilogram. ANTARA FOTO/Andry Denisah

Foto udara petani menuju lokasi pembibitan rumput laut coklat (Phaeophyta) di perairan Desa Liya Raya, Wakatobi, Sulawesi Tenggara, Jumat (22/8/2025). Petani setempat menyatakan dalam sebulan dapat memanen puluhan ton rumput laut yang dijual dengan harga Rp15 ribu per kilogram sebagai bahan baku pembuatan agar-agar. ANTARA FOTO/Andry Denisah/foc.
Hasil panen ini umumnya diolah menjadi bahan dasar pembuatan agar-agar. ANTARA FOTO/Andry Denisah

Previous post Pemerintah dan Komisi XI DPR Capai Kesepakatan Final Rancangan APBN 2026
Next post Turis Menghilang dari Kota Dosa yang Kini Sepi