WHO Nyatakan Darurat Bencana, Kondisi Warga Memprihatinkan

Jakarta –
Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Gaza resmi dilanda kelaparan (*famine*). Laporan terbaru dari *Integrated Food Security Phase Classification* (IPC) mengungkapkan lebih dari 500.000 penduduk Gaza kini berada dalam cengkeraman kelaparan ekstrem, kemiskinan, dan kematian yang seharusnya dapat dihindari.

Proyeksi terbaru menunjukkan, dalam beberapa minggu ke depan, krisis ini akan meluas dari Gaza Governorate ke wilayah Deir Al Balah dan Khan Younis. Organisasi PBB seperti FAO, UNICEF, WFP, dan WHO terus menekankan pentingnya respons kemanusiaan yang cepat dan masif untuk mencegah lonjakan korban jiwa akibat kelaparan.

Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, menyatakan bahwa situasi ini adalah hasil dari ulah manusia (*man-made*).

“Dunia terlalu lama berdiam diri, menyaksikan kematian tragis akibat kelaparan yang sebenarnya bisa dicegah. Gizi buruk yang meluas membuat penyakit biasa seperti diare berubah menjadi ancaman mematikan, terutama bagi anak-anak,” ujarnya dalam pernyataan resmi WHO.

### Mayoritas Penduduk Berjuang Melawan Kelaparan
Konflik berkepanjangan, pengungsian paksa, dan hambatan akses bantuan telah membawa Gaza ke ambang bencana kelaparan. Pasokan makanan nyaris tidak mencukupi, memaksa banyak orang dewasa mengorbankan jatah makan mereka demi menyelamatkan anak-anak.

Menurut data IPC:
– Lebih dari 640.000 orang diprediksi menghadapi kerawanan pangan tingkat bencana (IPC Fase 5) pada akhir September.
– Sekitar 1,14 juta lainnya akan berada dalam fase darurat (IPC Fase 4).
– Sementara itu, 396.000 orang masuk kategori krisis (IPC Fase 3).

### Anak-anak dan Ibu Hamil Paling Rentan
Kasus gizi buruk di kalangan anak Gaza melonjak drastis. Pada Juli lalu, lebih dari 12.000 anak didiagnosis menderita malnutrisi akut—angka tertinggi yang pernah tercatat. Hampir 25% di antaranya mengalami malnutrisi akut parah (*Severe Acute Malnutrition*/*SAM*), kondisi paling mematikan.

Tanpa intervensi segera, jumlah anak berisiko meninggal akibat kelaparan diperkirakan naik tiga kali lipat—dari 14.100 menjadi 43.400—pada pertengahan 2026. Ibu hamil dan menyusui juga menghadapi ancaman serupa, dengan kasus yang diprediksi melonjak dari 17.000 menjadi 55.000. Dampaknya sudah nyata: satu dari lima bayi lahir prematur atau dengan berat badan di bawah normal.

“Peringatan tentang kelaparan ini sudah bergema selama berbulan-bulan,” tegas Cindy McCain, Direktur Eksekutif WFP.
“Yang diperlukan sekarang adalah akses bantuan tanpa hambatan, keamanan yang lebih baik, dan sistem distribusi yang efektif untuk menjangkau mereka yang paling membutuhkan,” tambahnya.

Previous post Geger! Sarung Tangan Plastik Ditemukan dalam Sandwich, Bikin Merinding!
Next post Dari Lelah Hingga Jerawat yang Mengganggu